Di balik bilah berkarat dan bentuknya yang melengkung unik, Kudi Kabudhan bukan sekadar artefak bersejarah—ia adalah simbol kecerdasan teknologi lokal masa lalu. Senjata ini menunjukkan bagaimana leluhur kita merancang alat yang multifungsi: bisa menjadi senjata, alat bertani, hingga simbol spiritual dalam berbagai upacara adat.
Desainnya yang tidak lurus, dengan lengkungan tajam di bagian tengah, bukan hanya estetika, tapi mencerminkan ergonomi yang memperhitungkan kenyamanan dan efektivitas dalam penggunaan. Ini seperti design thinking zaman dahulu—tanpa software canggih, tapi penuh intuisi dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat.
Menariknya, di masa kini, pendekatan serupa banyak digunakan dalam pengembangan produk modern: mulai dari pisau dapur ergonomis, alat pertanian presisi, hingga teknologi wearable. Melalui bilah Kudi Kabudhan, kita diajak untuk merenung: ternyata inovasi tak selalu datang dari silikon dan kode, tapi juga dari besi tua yang menyimpan warisan budaya dan kecerdasan lokal.